Tips Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Selasa, 06 Oktober 2015

Pengertian Nifas | Periode Nifas | Fisiologi Nifas

Pengertian Nifas

  1. Masa nifas adalah masa pulihnya kembali dari masa persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama nifas yaitu 6-8 Minggu ( Rustam Moochtar, 1998 : 115 ).
  2. Nifas adalah puerpurium berlangsung selama 6 Minggu sampai 48 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan pada keadaan normal ( Manuaba, 1998 : 190 ).
  3. Nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu ( Sulaiman, 1995 : 315)
  4. Nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya ( Christina Jilid 111, 1993 : 1 ).

Periode Nifas

1. Puerperium Dini / Early Puerperium
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap bersih dan boleh bekerja ( setelah 40 hari ).

2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggui.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi (bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan ). ( Mochtar, 1998 : 115).


C. Fisiologi Nifas

Perubahan-perubahan yang normal terjadi pada masa nifas adalah :
1. Involusi
Perubahan sebagai proses kembalinya alat kandungan dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
a. Involusi Rahim
Setelah bayi lahir, TFU ± 3 jari bawah pusat. Setelah 6 Minggu dicapai lagi ukuran normal. Involusi disebabkan oleh autolysis ( Sulaiman, 1983 : 315 ).

Involusi ini terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil karena cytoplasmanya yang berlebihan di buang (Sulaiman S, 1983 : 315).

Involusi disebabkan oleh proses autolysis, pada zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang dengan air kencing, sebagai buktinya kadar nitrogen dalam air kencing sangat tinggi (Sulaiman S, 1983 : 315).

Pelepasan placenta dari selaput janin dan dinding rahim terjadi pada stratum spongiosum bagian atas. Setelah 2-3 hari tampak bahwa lapisan atas dan stratum spongiosum yang tinggal menjadi nekrosis, sedangkan lapisan bawahnya yang berhubungan dengan lapisan otot terpelihara dengan baik (Sulaiman S, 1983 : 316).

Bagian yang nekrosis dikeluarkan dengan lochea, sedangkan lapisan yang tetap sehat menghasilkan endometrium yang baru. Epitel baru terjadi dengan proliferasi sel-sel kelenjar, sedangkan stroma baru dibentuk dari jaringan ikat diantara kelenjar-kelenjar epitelisasi siap dalam 10 hari, kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu 3 minggu (Sulaiman S, 1983 : 316).

b. Involusi tempat Placenta
Bekas implantasi placenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata, dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya sebesar 3-4 cm dan terakhir nifas 1-2 cm. Luka bekas placenta tidak meninggalkan parut waktu sembuh ( Sastrawinata , 1983 : 316 ).

c. Perubahan pembuluh darah rahim
Setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas (Sastrawinata, 1983 : 316).

d. Cerviks
Cerviks agak menganga, seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan kecil setelah bayi lahir.
Setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari. Setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari ( Mochtar, 1998 : 116 ).

e. Ligamen-ligamen
Ligamen fasia dan diafragma pelvis berangsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor ( Mochtar, 1997 : 116 ).

f. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu (Sulaiman S, 1983 : 317).

g. Saluran Kencing
Sulit kencing karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus sfingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedem kandung kemih yang terjadi selama persalinan. (Mochtar, 1998 : 117 ).

Proses involusi terjadi karena adanya :
  1. Autolysis : Zat protein dinding rahim dipecah, diabsorbsi dan kemudian dibuang dengan urine (Sastrawinata, 1983 : 315).
  2. Aktivitas otot-otot : Otot- otot uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Wiknjosastro, 2006 : 238).
  3. Ischemia (Local anemia) : Yaitu kekurangan darah pada uterus, disebabkan akibat pengurangan aliran darah yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula (Ibrahim, 1993 : 12).

2. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
a. Lochea Rubra ( Cruenta )
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.

b. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah, coklat kekuningan berisi darah dan lendir,hari 3-7 pasca persalinan.

c. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari 7-14 pasca persalinan.
d. Lochea Alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

f. Locheaostasis
Lochea tidak lancar keluar.
( Mochtar, 1998 : 116 ).

3. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi ( menyusukan ) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu :
  • Proliferasi jaringan pada kelenjar – kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
  • Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu.
  • Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena – vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
  • Setelah persalinan, pengaruh estrogen dan progesteron hilang. Maka timbul penraruh hormon laktogenik ( LH ) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Di samping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi ASI akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan. Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hypofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anaknya. ( Mochtar, 1998 : 117 ).
Facebook Twitter Google+
Back To Top