Tips Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami

Rabu, 22 Juli 2015

CONTOH ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT: KELEBIHAN VOLUME CAIRAN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pasien dengan penyakit ginjal pada  umumnya  datang mencari pertolongan dalam keadaan terlambat dan pada stadium tidak dapat pulih  dikarenakan  penyakit ginjal pada stadium awal umumnya tidak bergejala serta perawatan ginjal fase pre-dialitik jarang dilakukan (Benez, 2011)Pada Penderita dengan gagal ginjal kronis memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama  dan  kondisi tersebut  menimbulkan perubahan maupun gangguan baik biologi, psikologi, sosial maupun spiritual pasien. (Indonesia Kidney Care Club, 2006). Secara biologi terjadi penurunan fungsi filtrasi glomerulus yang tersisa  kurang dari 25% kemudian memburuk secara progesif yang mengakibatkan kegagalan   tubuh  untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (padila,2012).

Prevalensi  penderita  gagal ginjal  kronik  dilaporkan bervariasi mulai dari 4 per sejuta  sampai 254 per sejuta penduduk di eropa. Indonesia sendiri belum memiliki sistem registrasi yang lengkap di bidang penyakit ginjal, namun di Indonesia diperkirakan 100 per sejuta penduduk atau sekitar 20.000 kasus baru dalam setahun. Satu penelitian dari Surabaya menunjukkan bahwa rujukan terlambat kepada ahli ginjal terjadi pada 56% pada pasien laki-laki dan 26% pada pasien perempuan. Glomerulonefritis merupakan penyebab terbanyak gagal ginjal kronis. Dan hasil rekam medis RSUD genteng pada tahun 2012 sekitar 762 orang (0,65%) menderita penyakit ginjal. Sebanyak 5 orang menderita GGK (Gagal Ginjal Kronis) dan 2 orang  (0,26%) dari penderita GGK meninggal.

Gagal ginjal  kronis  menimbulkan  fungsi ginjal menurun secara drastis yang berasal dari nefron. Insifiensi dari ginjal tersebut sekitar 20% sampai 50% dalam hal GFR (Glomerular Filtration Rate).Pada penurunan fungsi rata – rata 50%, biasanya muncul tanda dan gejala azotemia sedang, poliuri nokturia, hipertensi dan sesekali terjadi anemia.Selain itu, selama terjadi kegagalan fungsi ginjal maka keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu. (Prabowo, 2014), dikarenakan sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal serta terjadinya peningkatan kecepatan fitrasi, beban solute  dan reabsorbsi tubulus dalam setiap nefron. (Suharyanto, 2013)

Penurunan GFR yang cukup tinggi (<15 ml/min) dan perlu diadakanya terapi konservatif ,tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan keluhan akibat akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Price &Sylvia, 2006)


B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada orang dewasa di Ruang Penyakit Dalam RSUD Genteng tahun 2014.

C.    TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada orang dewasa di Ruang Penyakit Dalam RSUD Genteng 2014

2.      Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu
  1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal ginjal kronis
  2. Merumuskan diagnosa pada pasien dengan gagal ginjal kronis
  3. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis
  4. Mengimplementasikan rencana tindakan pada pasien dengan gagal ginjal kronis
  5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronis

D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan pada Karya Tulis Ilmiah ini meliputi:
  1. Bagian awal terdiri: halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan.
  2. Bab 1 pendahuluan : pada bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penulisan, pengumpulan data.
  3. Bab 2 Tinjauan kepustakaan : pada bab ini membahas anatomi dan fisiologi, konsep medis gagal ginjal kronis, konsep asuhan keperawatan gagal ginjal kronis, dan kebutuhan dasar manusia tentang pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit pada orang dewasa.
  4. Bab 3 meliputi tinjauan kasus meliputi : implementasi, dan evaluasi.
  5. Bab 4 pembahasan
  6. Bab 5 penutup meliputi kesimpulan dan saran.

E.     TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.      Observasi
Yaitu dengan cara mengamati langsung keadaan klien melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, perkusi, palpasi, dan auskultasi pada pasien dengan gagal ginjal kronis untuk mendapatkan data objektif.

2.      Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan melakukan komunikasi lisan yang didapat secara langsung dari klien (autonamnesa) dan keluaraga (alloanamnesa) untuk mendapatkan data subjektif.

3.      Studi dokumentasi
Yaitu pengumpulakan data yang didapatkan dari buku status kesehatan klien yaitu meliputi catatan medic yang berhungan dengan klien.

4.      Studi kepustakaan
Dilakukan dengan cara penggunaan buku-buku sumber untuk mendapatkan landasan teori yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi, sehingga dapat membandingakan teori dengan fakta di lahan praktik.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A.    KONSEP DASAR GAGAL GINJAL KRONIS

1.      Definisi
Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalamdarah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplatasi ginjal (Nursalam.2011).

2.      Etiologi
Fungsi renal menurun karena produksi akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh system tubuh. Gangguan clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatinin urine tampung 24 jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktifitas aksis renin angitensin dan kerja sama keduanya miningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan resiko hipotensi dan hipovolemi. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk.

3.      Patofisiologi
a.      Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.

b.      Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)

c.       Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.

d.     Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.

e.       Ketidak seimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.

f.       Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon, ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448).

Manifestasi  klinis
  1. Gastrointestinal : ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan.
  2. Kardiovaskuler : hipertensi, perubahan elektro kardiografi (EKG), perikarditis, efusi      pericardium , dan tamponade pericardium.
  3. Respirasi : edema paru , efusi pleura , dan pleuritis.
  4. Neuromuscular : lemah , gangguan tidur , sakit kepala , letargi , gangguan muscular , neuropati perifer , bingung , dan koma.
  5. Metabolic / endokrin : inti glukosa, hiperlipidemia , gangguan hormone seks menyebabkan penuruna libido, impoten, dan amnenorhoe
4.      Pemeriksaan  penunjang
a.       Urin :
  1. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
  2. Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
  3. Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat
  4. Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
  5. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
  6. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
  7. Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
b.      Darah :
  1. BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
  2. Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
  3. SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
  4. GDA:asidosis metabolik, ph  kurang dari 7,2
  5. Natrium serum : rendah
  6. Kalium: meningkat
  7. Magnesium: meningkat
  8. Kalsium : menurun
  9. Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f.       Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g.      Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
h.      EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

5.      Terapi
Terapi simtomatik  antara lain, Asidosis metabolilk harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat < 20 mEq/l. Anemia Transfusi darah misalnya Paked Red Cel/ (PRC) merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak apabila sukses dalam terapi simtomatik, bisa di lanjutan dengan terapi konservatif serta bisa di terapkan dalam pengobatan sehari – hari.(Price &Sylvia, 2006)

Terapi konservatif antara lain , Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.  Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat dengan tuiuan utama yaitu mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > '150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah dieresis mencapai 2 liter Per hari.  Kebutuhan elektrolit dan mineral. Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).(Price &Sylvia, 2006)


B.     KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GAGAL GINJAL KRONIK

Ginjal merupakan organ pengekresi cairan yang utama pada tubuh.pada individu dewasa, ginjal mengeksresikan sekitar 1500ml per hari.selain itu ginjal juga menerima hampir 170 liter darah untuk disaring menjadi urine. Produksi urine untuk semua kelompok usia adalah 1ml/kg/jam. Pada individu dewasa, produksi urine sekitar 1,5 liter/ hari. Jumlah urine yang di produksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.(Mubarak, 2008), dalam pengaturan keseimbangan cairan, dikenal istilah obligatory loss.Obligatory loss adalah mekanisme pengeluaran cairan yang mutlak terjadi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh. Rumus yang di pakai untuk menetukan banyaknya asupan cairan adalah (Jumlah urin yang dikeluarkan selama 24 jam terakhir + 500 ml(IWL). (Suharyanto, 2013).

Bagi anda yang memiliki masalah dengan Jerawat Anda bisa artikel kami :

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan.Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2012. Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha medika
Pearce EC.2009.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum
Prabowo. 2014. Buku Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta : Nuha Medika
Purnomo B.2003.Dasar –Dasar Urologi Edisi 2.Jakarta: CV Sagung

Facebook Twitter Google+
Back To Top